Catatan

Tunjukkan catatan dari November, 2017

Sajak Dia

DIA Rumah semewah istana Diterangi kaca bercahaya Mekarnya bunga kasturi Penyeri halaman terbentang hijau Berjubin cermin di dasar lantai Pemisah tasik dengan daratan. Dia umpama bidadari Berkulit halus seperti kapas Anggun umpama patung cendana Dialah insan Menakluki segala kecantikan Segala kekayaan. Dialah wira Sedia membantu walau tak mampu Sang pemurah hati Jiwa tulus dan ikhlas Kocek tidakkan pernah lokek. Si durjana datang menyapa Aku penggilap penghitam hatimu Aku irama pelalai keringatmu Aku kompas penyesat dirimu Siapakah aku? Akulah peracun hidup manusia! Dialah si penderhaka Angkuh, bongkak Leka menghitung harta Alpa dengan realiti dunia Kejahatan mengawal jiwa dan emosi Hingga riwayat hidup terhenti. Dialah manusia Hidup berteman kebencian Mati berdamping sumpahan Tidakkan mampu terlepas Dari beribu sumpahan Sumpahan sang teraniaya. Si penderhaka Jatuhlah engkau  ke dalam gaung pemba

Sajak Hijrah Atma Remaja

Hijrah Atma Remaja Bersih suci Perasaan , emosi Sifat budi Keji Lahirnya dari hati . Buangkan fatamorgana Duniawi sementara Bisikan api durjana Hapuskannya ! Cekalkan atma Kalimah zikir Penyeri jiwa Remaja Jangan berhijrah Ke haluan salah .

Sajak Memori yang Tertinggal

Darah terhenti alirnya Wajahku lesi Sentuhanku dingin bayu Bibirku lekang Pandanganku redup Meninjau senja Tubuhku Umpama jasad tanpa nyawa Deriaku bak lumpuh seketika Namun kaca masih retak Rekah Gerbang mahligai relai Satu dua Semuanya. Aku pencipta fantasi Fantasi tanpa imaginasi Girang luar biasa Tiada yang mampu menandingi Setiap perhiasan terletak Milik kita. Kaki terhayun nun di bulan sabit Kemanisan jagung mentega Membasahi lidahku Kepahitan kopi panas Menyusul anak tekak Kerangupan jejari kentang Memecah seleraku. Sinaran muncul disebalik jendela Tirai mataku terbuka layu Pasrah Mimpiku telah tiba Tepat dihujung lena. Dekah ketawaku Pantai nan sunyi Di pagi mentari Ternyataku khayal di malam hari Diriku seakan bergayut dibulan Hakikatku hanyalah tersadai di buaian Batu kuanggap jagung Air laut kusangka kopi Ranting ru kubayang jejari kentang. Siapakah dikau manusia Pernahkah kita ditakdir berjumpa Amnesia Puncanya Puncaku lupa segal